Senin, 14 Mei 2012

ADIPATI JAYA KUSUMA (keris rambut pinutung+kuluk kanigoro)

          ONO CERITO Setelah runtuhnya kerajaan Singosari, Pulau Jawa mengalami kekosongan pemerintahan. Kemudian muncul penguasa baru dari daerah sekitar Gunung Muria yang kemudian mengangkat dirinya menjadi adipati. Sebenarnya ada dua kadipaten saat itu, yaitu Kadipaten Karanggaruda dan Kadipaten Carangsoka. Kadipaten Karanggaruda dipimpin oleh Yudhapati dan Kadipaten Carangsoka dipimpin oleh Puspa Andungjaya. Yudhapati mempunyai wilayah kekuasaan dari selatan sungai Juwana hingga Gamping utara berbatasan dengan kabupaten Grobogan. Sedangkan Puspa Andungjaya mempunyai wilayah kekuasaan dari utara sungai Juwana hingga Pantai Utara Jawa Tengah bagian timur .
Kedua kadipaten ini hidup dengan damai hingga kedua adipatinya memutuskan untuk berbesanan. Kedua adipati ini bersepakat untuk mengawinkan anak mereka yang bernama Raden Jasari yang merupakan anak dari Adipati Yudhapati dengan Rara Rayungwulan anak dari adipati Adipati Puspa Andungjaya. Pernikahan kemudian akan dilakukan di Kadipaten Carangsongka. Pada saat pesta perkawinan akan dimulai, tiba-tiba Rara Rayungwulan melarikan diri dengan dalang yang bernama dalang Sapanyana. Karena pernikahan yang gagal, Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, sehingga menyatakan permusuhan terhadap Adipati Puspa Adungjaya sehingga peperangan tak dapat terhindarkan lagi. Raden Sukmayana memimpin prajurit dari Kadipaten Carangsongka, tapi kemudian tewas dalam pertempuran. Tugas ini kemudian diteruskan oleh Raden Kembangjaya yang merupakan adik dari Raden Sukmayana. Peperangan ini kemudian dimenangkan oleh Raden Kembangjaya dengan tewasnya Adipati Paranggaruda dan anaknya. Raden Kembangjaya kemudian dinikahkan dengan Rara Rayungwulan dan diangkat menjadi Adipati Carangsongka, dan dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dan berganti nama menjadi Singasari.
Untuk mengatur wilayahnya yang semakin luas, Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya ke desa Kemiri dan mengganti nama Kadioaten tersebut menjadi Kadipaten Pasantenan dan bergelar Adipati Jayakusuma. setelah Jayakusuma meninggal, pemerintahan kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Raden Tambra dan bergelar Adipati Tambranegara. Untuk dapat memajukan wilayahnya, Adipati Tambra kemudian memindahkan pusat pemerintahan ke desa Kaborongan dan mengganti nama Kadipaten menjadi  kadipaten pati.                                                                                                                          ADIPATI PRAGOLA YG PERTAMA                                                                                                                                                                        Nama aslinya adalah Wasis Jayakusuma putra Ki Ageng Panjawi, saudara seperjuangan Ki Ageng Pamanahan. Kakak perempuannya yang bernama Waskitajawi menikah dengan Sutawijaya putra Ki Ageng Pamanahan, dan melahirkan Mas Jolang.
Sutawijaya kemudian mendirikan Kesultanan Mataram tahun 1587, sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati. Sementara itu, Wasis Jayakusuma menggantikan ayahnya sebagai bupati Pati bergelar Pragola. Secara suka rela ia tunduk kepada Mataram karena kakaknya dijadikan permaisuri utama bergelar Ratu Mas, sedangkan Mas Jolang sebagai putra mahkota.
Pada tahun 1890 Pragola ikut membantu Mataram menaklukkan Madiun. Pemimpin kota itu yang bernama Rangga Jemuna (putra bungsu Sultan Trenggana Demak) melarikan diri ke Surabaya. Putrinya yang bernama Retno Dumilah diambil Panembahan Senopati sebagai permaisuri kedua.
Peristiwa ini membuat Pragola sakit hati karena khawatir kedudukan kakaknya (Ratu Mas) terancam. Ia menganggap perjuangan Panembahan Senopati sudah tidak murni lagi. Pemberontakan Pati pun meletus tahun 1600. Daerah-daerah di sebelah utara Pegunungan Kendeng dapat ditaklukan Pragola.
Panembahan Senopati mengirim Mas Jolang untuk menghadapi pemberontakan Pragola. Kedua pasukan bertemu dekat Prambanan. Pragola dengan mudah melukai keponakannya itu sampai pingsan.
Panembahan Senopati berangkat untuk menumpas Pragola. Menurut Babad Tanah Jawi, Ratu Mas sudah merelakan kematian adiknya. Pertempuran terjadi di Prambanan. Pasukan Pragola kalah dan mundur ke Pati. Panembahan Senopati mengejar dan menghancurkan kota itu. Akhirnya, Adipati Pragola pun hilang tidak diketahui nasibnya.

Adipati Pragola yang Kedua

Pragola yang kedua adalah putra Pangeran Puger putra Panembahan Senopati. Ketika Mas Jolang naik takhta menggantikan Panembahan Senopati tahun 1601, Pangeran Puger iri karena merasa usianya lebih tua.
Pangeran Puger yang saat itu menjabat sebagai adipati Demak akhirnya memberontak tahun 1602 tidak mau mengakui kedaulatan adiknya. Pemberontakan ini berakhir tahun 1605 setelah Pangeran Puger ditangkap dan dibuang ke Kudus.
Putra Pangeran Puger diangkat sebagai adipati Pati bergelar Pragola. Ia juga memberontak terhadap Mataram saat dipimpin sepupunya, yaitu Sultan Agung putra Mas Jolang tahun 1627. Pemberontakan ini dipicu oleh hasutan Tumenggung Endranata bupati Demak.
Sultan Agung memimpin langsung penumpasan pemberontakan Pati. Menurut naskah babad, Pragola memakai baju zirah (dalam bahasa Jawa disebut kere waja) peninggalan seorang Portugis bernama Baron Sekeber sehingga tidak mempan senjata apa pun.
Konon dikisahkan, Baron Sekeber adalah juru taman istana Pati. Ia terbukti berselingkuh dengan selir kesayangan Pragola sampai memiliki dua orang anak kembar. Pragola pun membunuh Baron Sekeber dan kedua anaknya, tapi mengampuni selirnya tersebut.
Arwah kedua anak Baron Sekeber datang untuk menuntut balas ketika pasukan Mataram menyerang Pati. Yang satu menyusup pada baju zirah milik Pragola, yang satunya menyusup pada tombak pusaka Kyai Baru Klinting milik Sultan Agung.
Abdi pemegang payung Sultan Agung yang bernama Ki Nayadarma minta izin menghadapi amukan Pragola. Sultan Agung pun meminjamkan tombak Baru Klinting kepadanya. Pertempuran akhirnya berakhir dengan kematian Pragola di tangan Nayadarma.
Sepeninggal Pragola, pasukan Mataram bergerak merampas harta kekayaan Pati. Selir Pragola (yang pernah berselingkuh dengan Baron Sekeber) diambil Tumenggung Wiraguna, seorang pegawai senior Mataram. Selir ini kemudian terkenal dengan nama Rara Mendut, yang kisah cintanya terhadap Pranacitra (pengawal Wiraguna) menjadi legenda di tanah Jawa.    
GONJANG-GANJING 

WASIS JOYOKUSUMO II

Hubungan baik terjalin kembali setelah terdahulunya Pragola I mengadakan pemberontakan terhadap Mataram. Perkawinan adalah sangat efektif digunakan untuk menyatukan dua wilayah yang bertikai, Joyo Kusumo menikah sama adik Sultan Agung. Kerukunan ini terjalin untuk memperluas kekuasaan Mataram di tanah Jawa.
Wasis Joyo Kusumo II mau melamar Putri pengusaha kaya dari Jepara. Ia melamar dengan mengirimkan dua ekor gajah ditambah dengan tiga sampai empat orang terkemuka yang membawa emas,perak, bahkan pakaian yang berharga dan sirih. Akan tetapi peminangan ini ditolak karena gadis tersebut telah dipinang oleh orang lain. Sehingga dibawa pulang seperangkat lamaran kembali ke Pati.
Joyo Kusumo marah, ia mengirimkan beberapa prajurit untuk menyerang rumah orang kaya tersebut. Hal ini didengar oleh Kiai Demang Laksamana kemudian membantu orang kaya tersebut dengan membawa pasukan bersenjata dan seseorang pembesar Jepara juga membantu membawa beberapa prajurit. Mereka bergabung mengantisipasi bahwa Pati akan menguasai daerah-daerah lain sekitarnya. Kia Demang juga mengirim istrinya menghadap ke Mataram guna melaporkan bahwa telah terjadi penyerbuan di wilayah Jepara untuk memperebutkan seorang gadis cantik asal Jepara selain itu juga akan menundukan wilayah Jepara.
Laporan ini membuat Raja Mataram hati-hati sehingga ia mengirimkan telik sandi ke Pati, untuk mengetahui sepak terjang Adipati Joyo Kusumo, laporan yang diterima sesuai dengan apa yang pernah dilaporkan istri Kyai Demang bahwa Pati sedang menyusun kekuatan. Raja Mataram segera mengirimkan pasukan ke Pati. Pasukan ini sebenarnya akan dipersiapkan untuk melawan Surbaya. konsentrasi Mataram sedang disibukan dengan penumpasan Surabaya.. Tapi dialihkan menuju ke wilayah Pati guna mencegah terjadinya pemberontakan di wilayah tersebut.
Perang saudara ini bisa dicegah dengan mengadakan perkawinan politik antara anak Sultan Agung dengan anak Joyo Kusumo, dan ini sangat efektif untuk meredam pemberontakan di Wilayah Pati. Pasukan Mataram kemudian dialihkan kembali ke penyerangan Surabaya Disamping itu juga untuk mencegah terjadinya pemberontakan wilayah, Pati salah satu kekuatan yang menjadi perhitungan politik Sultan Agung, sehingga harus dipertahankan supaya tetap mendukung Mataram.
Adi pati Joyo Kusumo gagah berani tampil sebagai pemimpin wilayah Pantai, mereka mengumpulkan Penguasa Utara di Juana. Bahkan ketika pengirimin pasukan untuk menyerang Surabaya ia menjadi panglimanya menggantikan Adipati Sujanapura yang gugur dalam pertempuran. Adipati Joyo Kusumo juga ikut dalam menumpas Pemberontakan Tuban. Ia bersama Lasem bahu membahu untuk menundukan kekuatan dan strategi perang Tuban dengan besar-besaran,. sedangkan palimanya Adipati Matralaya lebih senang menunggu musuh daripada menyerang dahuluan. Joyo Kusumo juga pernah menjadi panglima yang gagah berani. Ia bahu membahu dengan pasukan Tumenggung Alap-alap
Setelah penyerangan Surabaya selesai, penarikan pasukan kembali ke wilayahnya masing-masing. Temenggung Endranata mulai kasak-kusuk di dalam Keraton Mataram, ia menterjemahkan mimpi Sultan Agung, tentang kedatangan seorang berbaju putih yang mengharuskan menyingkirkan empat orang terkemuka yang dapat menjadi duri dalam daging di Mataram. Temenggung Endratara membisikan siapa saja yang menjadi penghalang Sultan Agung.
Adipati endranata melemparkan isyu bahwa Pati akan mengadakan penyerangan terhadap Mataram.. Pargola memperluas wilayahnya dengan mengangkat enam Bupati MangunJaya, Kanduruwan,Raja Menggala, Toh Pati, Sawunggaling dan Sindurejo. Mereka ia bersumpah sampai titik darah penghabisan
Raja Sultan Agung memanggil beberapa adipati menghadap ke Mataram, raja menanyakan kenapa Adipati Pragola tidak menghadap. Temenggung Endranata menerangkan bahwa Pati tengah menyusun kekuatan dengan penguasa-penguasa pantai utara, kecuali Demak yang masih setia kepada Mataram, hal ini membuat murka Sultan Agung.
Raja mengatur pasukan sebelah kanan yang dipimpin Adipati Matralaya membawai pasukan Mancanegara, pasukan ini bermukim di Pekuwon Juwana. bagian timur sebelah kiri Pangeran Sumedang yang memimpin bagian barat. Orang-orang Madura memimpin bagian tengah, dibelakang itu rakyat dari Kedu, Bagelan dan Pemijen, pasukannya mendirikan benteng pertahanan di kaki Gunung Kendeng, di daerah Cengkal Sewu sebelah selatan Pati. Terakhir keluarga Raja yang memimpin pasukan-pasukan Pamejagan mataram. Pengawal pribadi terdiri dari 2.000 prajurit semua kapendak yang ada diantara mereka harus mengikuti raja.
Pasukan mengepung melewati Pajang dan Taji sehingga banyak penduduk berlarian menuju ke Kota Pati. Kadipaten Pati dikepung prajurit dari segala penjuru, pasukan telik sandi Pati melaporkan bahwa ada gerakan dari pasukan menuju Pati yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung. Adipati Pati mengumpulkan rakyatnya yang masih setia untuk berkumpul menyelenggarakan pesta. Untuk pengikutnya yang setia sebab esok akan mengadakan pertempuran habis-habisan.
Pasukan Pati mengenakan pakaian yang sama hitam-hitam, sedangkan rakyat berpakaian seadanya. Mereka berkumpul menunggu Adipati Pragola yang sedang siap-siap, ia mandi, mengenakan baju yang sangat bagus, melengkapi diri dengan pakaian-pakain pusaka (Kere Wojo), dan jimat pusaka.
Adipati Pati bersama pasukannya menuju sector kanan, Serangan Pati ditujukan pada sayap kanan pasukan Mataram yang berada dibawah pimpinan Matralaya, dalam pasukan itu juga ada Adipati Endranata berada. Pihak Mataram mengalami kekalahan besar, dihajar dengan pasukanPati dengan kekuatan penuh, sehingga pasukan Mataram ditarik mundur sampai daerah perbatasan. Sisa-sisa Pasukan Mataram kocar-kacir menyelamatkan diri, misalnya Raja Niti, Mangun Oneng dan Kertajaya. Mataram lari ke Kunduruan, Pasukan Mataram meminta pertimbangan dengan Eyang Kunduruan agar membantu pasukan Mataram, namun Eyang tidak mau sehingga terjadi penyerbuan di kenduruan. Eyang Kunduruan telah siap dengan pasukan penuh ditambah Pasukan dari Adipati Pati. Mereka bahu-membahu memukul Pasukan Mataram, Pasukan Eyang Kunduruan mengusir Pasukan Mataram sampai di luar desa.
Melihat kemenangan di tangan Adipati Pati Pragola, dalam pertempuran ini Temenggung Endranata melarikan diri dan membelot ke Pasukan Pati. Juga pusat dan sayap kiri pasukan Mataram menderita kerugian besar, Pasukan Sawung Galing berhasil memporakporandakan pasukan inti Mataram, sehingga hanya keluarga Raja dengan 2000 pengawal yang masih bertahan.
Adipati Pragola mengobrak-abrik strategi Kalajengking, dia menyerang Pasukan tengah menuju ke arah Susuhunan. Pasukan Temenggung Singanaru dihajar habis-habisan sehingga seluruh anak buahnya tewas, Temenggung Singanaru berlari menyelamatkan diri, ia kehilangan seluruh anak buahnya, sehingga menimbulkan keadaan darurat.
Pasukan Adipati Pati terlena, setelah memenangkan pertarungan, sehingga dia menarik pasukan Pati kembali ke markasnya, pengejaran terhadap Pasukan Mataram hanya sampai di tapal batas saja. Mereka tidak mengejar lagi karena menduga sisa Pasukan Mataram kembali ke Yogyakarta.
Raja Mataram memerintahkan mundur semua pasukan, untuk menyusun kembali Pasukan Mataram yang tersisa. Banyak Pasukan Mataram yang kocar-kacir kehilangan induk semangnya. Sultan Mataram memerintahkan Pasukan Mataram yang ada di tiga sector, sayap kanan, kiri dan tengah untuk tidak melakukan serangan, ditahan dulu pasukannya menunggu komando berikutnya.
Raja Mataram di dalam hutan, mengumpulkan para pemimpin pasukan untuk mengkaji ulang strategi perang, dan untuk menemukan stategi baru untuk menundukan Pati. kemudian memukul gong pusaka Kiai Bicak, tetapi tidak berbunyi. Ia kehilangan semangat dan berdoa kepada Allah, setelah itu gong berbunyi lagi dengan suara nyaring, ini menggobarkan semangat para prajurit Mataram, yang tadinya sudah mundur. Sekarang mereka maju lagi untuk bertempur.
Sisa Pasukan Mataram yang bertahan ditapal batas, dan pasukan yang masih di hutan Jepara, Purwodadi, Kudus bergabung kembali dengan Pasukan Sultan Mataram, setelah telik sandi menginstruksikan untuk segera merapat dan bertemu dengan pasukan Sultan Mataram, sambil menunggu bantuan dari Kerajaan Mataram yang akan menyerbu Surabaya, untuk dialihkan dahulu membantu Pasukan Mataram yang mau menyerang Pati.
Meskipun demikian, Adipati Pragola masih yakin akan kemenangannya. Ia mengadakan pembunuhan besar-besaran pada pihak Mataram. Raja Mataram segera mengirim pasukan tambahan dan mengarahkan pengawal dan keluarganya, yang dipimpin oleh Pangeran Purbaya dan keluarganya. Mereka merapat bergabung dengan sisa pasukan Mataram dengan menggunakan strategi kombinasi, mengecoh pertahanan Pati. Pasukan Mataram bergerak melawan Adipati Kunduruan di daerah Selatan, Prawirataruna, Temenggung Toh Pati dan Tumenggung Mangunjaya bertahan di arah timur, Tumenggung Sindurejo dan Raja Menggala bertahan di sector Barat melawan gempuran Pasukan Tumenggung Alap-alap. sedangkan Pasukan Tumenggung Sawunggaling kocar-kacir melawan pasukan inti, ia tertangkap Pasukan Mataram dan di ekskusi ditempat.
Meskipun demikian, Adipati Pragola dengan semangat menyala-nyala maju ke depan, tetapi Raja Mataram menyerahkan tombak Kiyai Baru kepada Lurah Kapedak, Naya Derma. Tepat ketika raja sekali lagi memukul gongnya Naya Derma menusuk Pragola sehingga mengakibatkan luka ringan sebelah kiri. Pargola jatuh dari kudanya kemudian ia bangkit, dan memacu kudanya keluar dari kepungan Pasukan Mataram. Dia berlari untuk merawat lukanya, ditengah jalan kudanya berhenti dan ia meninggal dunia di Sendang Sani. Mendengar Adipati Pragola wafat. Temenggung Endranata dan pasukannya membelot, menganggap ini suatu alasan untuk kembali ke Pasukan Mataram. Semua pasukan Pati dimusnahkan, juga mereka yang ditangkap hidup lebih suka memilih mati.
Raja memerintahkan agar jenazah Pragola ditegakan dan jimat-jimatnya diambil. Melihat percikan darah pada Kiai Baru, raja mengerti bahwa adiknya terbunuh dengan senjata itu.
Sementera itu Tumenggung Mangunjaya melarikan diri ke dalam istana dan menyampaikan berita kekalahan kepada para wanita disana juga kepada empat menteri jaga : Sura Prameya, Rangga Jaladra, Sura Antaka dan Pengalasan. Mereka bertempur terus sampai mati dengan 200 prajurit yang masih ada. Ini dilakukan dialun-alun, hanya Mangunjaya yang membawa berita kekalahan kepada para wanita, mereka cepat berlari meninggalkan Kadipaten Pati menuju ke Gunung Prawata. Melalui pintu belakang bersama putra mahkota yang masih muda.
Temenggung Alap-alap dengan beberapa pasukannya mengobrak-abrik Pasukan Pati, mereka merampok istana dan menguras habis istana bersama dengan pengikut-pengikutnya, kekayaannya dirampas dan rumahnya dibakar diratakan dengan tanah. ia memerintahkan untuk membawa para wanita ke Mataram.
Sultan Mataram bertemu dengan adiknya yang juga istri Pragola, ia bertanya kenapa Pati harus memberontak terhadap Mataram, janda Pragola menceritakan bahwa Sultan Mataram dan Pragola Pati diadu domba oleh Adipati Endranata. Raja Mataram marah besar, sehingga ia memerintahkan Martalulut dan Singanegara untuk membunuh Adipati Endranata dan dipertontonkan ususnya di Pasar Gede.
RORO MENDUT & PRANACITRO
Pasukan Mataram berhasil membumi hanguskan Kadipaten Pati. Tembok-tembok sebagai benteng runtuh di hancurkan Mataram. Semua harta kekayaan Kadipaten Pati di rampas di bawa pulang ke Mataram.Termasuk boyongan gadis-gadis cantik dari pesisir pantai utara jawa.
Temenggung Wiroguno merupakan salah satu temenggung yang ikut dalm penyerangan Kadipaten Pati, ia memperoleh hadiah putri boyongan dari Pati, yakni Roro Mendut yang masih belia dan jelita. Tetapi Roro Mendut tidak sudi diperistri Wiroguno yang sudah renta itu.
Roro Mendut adalah seorang gadis cantik sehingga banyak pemuda-pemuda naksir kepadanya. Roro Mendut berpacaran dengan pemuda Pati Bernama Bagus Kemuda. Ada juga seorang pemuda asal Madura yang tinggal di Pati bernama Kuda Panoleh, yang mencoba mengganggunya. Namun rasa cintanya kandas karena ia menjadi boyongan Temenggung Wiroguno akibat Kadipaten Pati kalah perang.
Temenggung Wiroguno mencintai Roro Mendut, sehingga ia dibuatkan kaputren untuk ditinggali dengan mbok Mbannya. Roro Mendut selalu bermuram durja karena harus berpisah dengan kekasihnya yang harus mati ditangan orang-orang Mataram. Kesedihannya makin memuncak tatkala ia harus dibawa oleh Temenggung Wiraguno, orang Mataram yang telah merebut kebahagiaanya.
Roro Mendut tidak kuat menahan perasaannya, ia berencana untuk melarikan diri dari Kadipaten, untuk lepas dari cengkraman Temunggung Wiroguno. Pada suatu malam ia Berkemas-kemas mau minggat dari Kaputren.
Roro Mendut menjadi pelarian yang terus dikejar-kejar oleh Temunggung Wiroguno, berpindah-pindah tempat menghindari pasukan Temenggung Wiroguno, sehingga ia harus menyamar sebagai kawulo alit agar tidak dapat dihendus oleh telik sandi temenggung Wiroguno.
Ia memilih berjualan rokok di pinggir jalan yang ternyata laris sekali. Meski harga puntung rokoknya jauh lebih mahal dari pada rokok yang masih utuh, namun ternyata peminatnya justru membludak.
“Hai Roro Mendut mengapa sampai demikian ?” Tanya seorang pembeli yang amat penasaran.
“mau tahu sebabnya?, tentu saja karena puntung rokok itu bekas kena bibirku dan telah leceh dengan air ludahku yang manis dan harum!” jadi tegasnya, semakin pendek puntung bekas hisapan bibir sensual si Mendut, semakin nikmat citra rasanya. Puntung tersebut cukup lama dalam jepitan bibir hangat berliur.
Beberapa waktu kemudian, ia bertemu dengan salah seorang pelanggannya yang masih muda, gagah, tampan dan kaya. Pemuda tersebut Pranacitra, anak lelaki Janda Singobarong. Kemudian keduanya saling mabuk kepayang, bahkan sampai ke puncak asmara yang paling tinggi. Namun perselingkuhan mereka kepergok juga oleh Ki Wiroguno. Mereka diburu serta tertangkap di pinggir Kali Opak (sungai Opak) yang sedang banjir. Akhirnya Pranacitro tewas diujung keris Ki Tumenggung Wiroguno. Rara Mendut ikut Bela-Pati dengan menubrukkan badannya pada keris yang masih berlumuran darah dalam genggaman Tumenggung Wiroguno..”

Pasukan Joyo Kusumo mengirim 3000 prajurit untuk menyerang rumah orang kaya tersebut. Hal ini didengar oleh Kiai Demang Laksamana kemudian membantu orang kaya tersebut dengan membawa 400 orang bersenjata dan seseorang pembesar Jepara membawa 300 prajurit.
 Pasukan Mataram terdiri dari 30.000 personil.
 Tumenggung Alap-alap bersama 1.000 prajurit merampok keraton Pragola yang masih dipertahankan 200 orang dan merampas wanita-wanitanya. Para wanita priyayi harus diangkut dengan tandu.
Ada versi lain bahwa Adipati Alap-alap melakukan bumihangus di kadipaten pati, sehingga istri Pragola Pati, lari dikejar sampai ke barat Desa Puri, maka Desa itu dinamakan Matraman.
 Cerita ini sebenarnya berawal dari Karya sastra seorang Pujangga Keraton Kartosuro, pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwono II (1727-1749), bernama R. Ngabehi Ronggo Janur, berjudul Serat Pranacitro.


SILSILAH ADIPATI PRAGOLA
(Versi Tutur Tinular)
Brawijaya V X Bodri Cemoro
(Bhre Kertabhumi) (Dayang)




Ki Ageng Tarub I




Nawangsih X Bondan Kajawan



Getas Pandawa X Putri Sunan Bejagung
(Dyah Depok)
Roro Kasihan X Sunan Ngerang Ki Ageng Selo









Dewi Rarayano X Sahid Kusumastuti Ki Ageng Genis
Sunan Muria I
Dewi Pujiwati




Kembang Jaya Sukmayana Ki Ageng Pemanahan
(Versi Babad Tanah Jawi)
Brawijaya V X Bodri Cemoro
(Bhre Kertabhumi) (Dayang)




Ki Ageng Tarub I




Nawangsih X Bondan Kajawan



Getas Pandawa X Putri Sunan Bejagung
(Dyah Depok)
Roro Kasihan X Sunan Ngerang Ki Ageng Selo










Ki Ageng Pati Ki Ageng Genis
(Ki Gede Cermo)
Ki Penjawi Ki Pemanahan
Kembang Joyo
Adipati Pati I




Jaya Kusuma I Rara Sari X Sutawijaya
(Panembahan Senopati)
Mas Jolang
(Panembahan Hanyakrawati)




Jaya Kusuma II X Ratna Sari Masrangsang
(Sultan Agung)                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              “Keris rambut pinutung+Kuluk kanigoro”.
Dua benda pusaka itu merupakan simbol Kabupaten Pati yang duplikatnya selalu diarak dalam peringatan hari jadi Kabupaten Pati. Dua benda pusaka tersebut sengaja diboyong dari Museum Radja Pustaka Solo untuk dipamerkan kepada masyarakat Pati.
Selain dua benda pusaka tersebut, ikut dipamerkan beberapa benda pusaka lainnya. Di antaranya “Keris Sengkelat” yang menjadi bagian dari berdirinya Kerajaan Mataram Islam. Beberapa benda pusaka lainnya yang juga dipamerkan adalah, Keris Nogososro Kinatah, Piton, Tombak Giring, dan Tombak Sigar Jantung. Beberapa benda pusaka itu saat ini memang sudah dimiliki sejumlah musium atau dimiliki kolektor dari luar Pati.
Keris Nogososro Kinatah yang dipamerkan di pendapa kemarin adalah milik Eyang Suto, warga perumahan Winong, Pati. Sedangkan sedang sejumlah keris lainnya milik Brojo Buwono.
                                                                                                                                                                                                                             

BUMI PATI

Kabupaten Pati, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Pati. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten

Sejarah Pati

Sejarah Kabupaten Pati berpangkal tolak dari beberapa gambar yang terdapat pada Lambang Daerah Kabupaten Pati yang sudah disahkan dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1971 yaitu Gambar yang berupa: "keris rambut pinutung dan kuluk kanigara".
Menurut cerita rakyat dari mulut ke mulut yang terdapat juga pada kitab Babat Pati dan kitab Babat lainnya dua pusaka yaitu "keris rambut pinutung dan kuluk kani" merupakan lambang kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbul kesatuan dan persatuan.
Barangsiapa yang memiliki dua pusaka tersebut, akan mampu menguasai dan berkuasa memerintah di Pulau Jawa. Adapun yang memiliki dua pusaka tersebut adalah Raden Sukmayana penggede Majasemi andalan Kadipaten Carangsoka.

Kevakuman Pemerintahan di Pulau Jawa

Menjelang akhir abad ke XIII sekitar tahun 1292 Masehi di Pulau Jawa vakum penguasa pemerintahan yang berwibawa. Kerajaan Pajajaran mulai runtuh, Kerajaan Singasari surut, sedang Kerajaan Majapahit belum berdiri.
Di Pantai utara Pulau Jawa Tengah sekitar Gunung Muria bagian Timur muncul penguasa lokal yang mengangkat dirinya sebagai adipati, wilayah kekuasaannya disebut kadipaten.
Ada dua penguasa lokal di wilayah itu yaitu. 1. Penguasa Kadipaten Paranggaruda, Adipatinya bernama Yudhapati, wilayah kekuasaannya meliputi sungai Juwana ke selatan, sampai pegunungan Gamping Utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Grobogan. Mempunyai putra bernama Raden Jasari. 2. Penguasa Kadipaten Carangsoka, Adipatinya bernama: Puspa Andungjaya, wilayah kekuasaannya meliputi utara sungai Juwana sampai pantai Utara Jawa Tengah bagian timur. Adipati Carangsoka mempunyai seorang putri bernama Rara Rayungwulan

Kadipaten Carangsoka dan Paranggaruda Berbesanan

Kedua Kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati dan saling menghargai untuk melestarikan kerukunan dan memperkuat tali persaudaraan, Kedua adipati tersebut bersepakat untuk mengawinkan putra dan putrinya itu. Utusan Adipati Paranggaruda untuk meminang Rara Rayungwulan telah diterima, namun calon mempelai putri minta bebana agar pada saat pahargyan boja wiwaha daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang dengan dalang kondang yang bernama "Sapanyana".
Untuk memenuhi bebana itu, Adipati Paranggaruda menugaskan penggede kemaguhan bernama Yuyurumpung agul-agul Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dulu Yuyurumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipaten Carangsoka dengan cara menguasai dua pusaka milik Sukmayana di Majasemi. Dengan bantuan uSondong Majerukn kedua pusaka itu dapat dicurinya namun sebelum dua pusaka itu diserahkan kepada Yuyurumpung, dapat direbut kembali oleh Sondong Makerti dari Wedari. Bahkan Sondong Majeruk tewas dalam perkelahian dengan Sondong Makerti. Dan Pusaka itu diserahkan kembali kepada Raden Sukmayana. Usaha Yuyurumpung untuk menguasai dan memiliki dua pusaka itu gagal.
Walaupun demikian Yuyurumpung tetap melanjutkan tugasnya untuk mencari Dalang Sapanyana agar perkawinan putra Adipati Paranggaruda tidak mangalami kegagalan (berhasil dengan baik).
Pada Malam pahargyan bojana wiwaha (resepsi) perkawinaan dapat diselenggarakan di Kadipaten Carangsoka dengan Pagelaran Wayang Kulit oleh Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan seterusnya melarikan diri bersama Dalang Sapanyana. Pahargyan perkawinan antara " Raden Jasari " dan " Rara Rayungwulan " gagal total.
Adipati Yudhapati merasa dipermalukan, emosi tak dapat dikendalikan lagi. Sekaligus menyatakan permusuhan terhadap Adipati Carangsoka. Dan peperangan tidak dapat dielakkan. Raden Sukmayana dari Kadipaten Carangsoka mempimpin prajurit Carangsoka, mengalami luka parah dan kemudian wafat. Raden Kembangjaya (adik kandung Raden Sukmayana) meneruskan peperangan. Dengan dibantu oleh Dalang Sapanyana, dan yang menggunakan kedua pusaka itu dapat menghancurkan prajurit Paranggaruda. Adipati Paranggaruda, Yudhapati dan putera lelakinya gugur dalam palagan membela kehormatan dan gengsinya.
Oleh Adipati Carangsoka, karena jasanya Raden Kembangjaya dikawinkan dengan Rara Rayungwulan kemudian diangkat menjadi pengganti Carangsoka. Sedang dalang Sapanyana diangkat menjadi patihnya dengan nama " Singasari ".

Kadipaten Pesantenan

Untuk mengatur pemerintahan yang semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati Raden Kembangjaya memindahkan pusat pemerintahannya dari Carangsoka ke Desa Kemiri dengan mengganti nama " Kadipaten Pesantenan dengan gelar " Adipati Jayakusuma di Pesantenan.
Adipati Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu " Raden Tambra ". Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati Pesantenan, dengan gelar " Adipati Tambranegara ". Dalam menjalankan tugas pemerintahan Adipati Tambranegara bertindak arif dan bijaksana. Menjadi songsong agung yang sangat memperhatikan nasib rakyatnya, serta menjadi pengayom bagi hamba sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian, ketenangan dan kesejahteraannya semakin meningkat.

Kabupaten Pati

Untuk dapat mengembangkan pembangunan dan memajukan pemerintahan di wilayahnya Adipati Raden Tambranegara memindahkan pusat pemerintahan Kadipaten Pesantenan yang semula berada di desa Kemiri menuju ke arah barat yaitu, di desa Kaborongan, dan mengganti nama Kadipaten Pesantenan menjadi Kadipaten Pati.
Dalam prasasti Tuhannaru, yang diketemukan di desa Sidateka, wilayah Kabupaten Majakerta yang tersimpan di musium Trowulan. Prasasti itu terdapat pada delapan Lempengan Baja, dan bertuliskan huruf Jawa kuna. Pada lempengan yang keempat antara lain berbunyi bahwa : ..... Raja Majapahit, Raden Jayanegara menambah gelarnya dengan Abhiseka Wiralanda Gopala pada tanggal 13 Desember 1323 M. Dengan patihnya yang setia dan berani bernama Dyah Malayuda dengan gelar "Rakai", Pada saat pengumuman itu bersamaan dengan pisuwanan agung yang dihadiri dari Kadipaten pantai utara Jawa Tengah bagian Timur termasuk Raden Tambranegara berada di dalamnya.

Pati Bagian dari Majapahit

Raja Jayanegara dari Majapahit mengakui wilayah kekuasaan para Adipati itu dengan memberi status sebagai tanah predikan, dengan syarat bahwa para Adipati itu setiap tahun harus menyerahkan Upeti berupa bunga.
Bahwa Adipati Raden Tambranegara juga hadir dalam pisuwanan agung di Majapahit itu terdapat juga dalam Kitab Babad Pati, yang disusun oleh K.M. Sosrosumarto dan S.Dibyasudira, diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 1980. Halaman 34, Pupuh Dandanggula pada : 12 yang lengkapnya berbunyi : ..... Tan alami pajajaran kendhih, keratonnya ing tanah Jawa angalih Majapahite, ingkang jumeneng ratu, Brawijaya ingkang kapih kalih, ya Jaka Pekik wasta, putra Jaka Suruh, Kyai Ageng Pathi nama, Raden Tambranegara sumewa maring Keraton Majalengka.
Artinya Tidak lama kemudian Kerajaan Pajajaran kalah, Kerajaan Tanah Jawa lalu pindah ke Majapahit, adapun yang menjadi rajanya adalah Brawijaya II, yaitu Jaka Pekik namanya, putranya Jaka Suruh. Pada waktu itu Kyai Ageng Pati, yang bernama Tambranegara menghadap ke Majalengka, yaitu Majapahit.
Berdasarkan hal tersebut, jelaslah bahwa Raden Tambranegara Adipati Pati turut serta hadir dalam pisowanan agung di Majapahit. Pisowanan agung yang dihadiri oleh Raden Tambranegara ke Majapahit pada tanggal 13 Desember 1323, maka diperkirakan bahwa pindahnya Kadipaten Pesantenan dari Desa Kemiri ke Desa Kaborongan dan menjadi Kabupaten Pati itu pada bulan Juli dan Agustus 1323 M (Masehi). Ada tiga tanggal yang baik pada bulan Juli dan Agustus 1323 yaitu : 3 Juli, 7 Agustus dan 14 Agustus 1323.

Hari Jadi Pati

Kemudian diadakan seminar pada tanggal 28 September 1993 di Pendopo Kabupaten Pati yang dihadiri oleh para perwakilan lapisan masyarakat Kabupaten Pati, para guru sejarah SMA se Kabupaten Pati, Konsultan, Dosen Fakultas Sastra dan Sejarah UNDIP Semarang, secara musyawarah dan sepakat memutuskan bahwa pada tanggal 7 Agustus 1323 sebagai hari kepindahan Kadipaten Pesantenan di Desa Kemiri ke Desa Kaborongan menjadi Kabupaten Pati.
Tanggai 7 Agustus 1323 sebagai HARI JADI KABUPATEN PATI telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor : 2/1994 tanggal 31 Mei 1994, sehingga menjadi momentum Hari Jadi Kabupaten Pati dengan surya sengkala " KRIDANE PANEMBAH GEBYARING BUMI " yang bermakna " Dengan bekerja keras dan penuh do'a kita gali Bumi Pati untuk meningkatkan kesejahteraan lahiriah dan batiniah ". Untuk itu maka setiap tanggal 7 Agustus 1323 yang ditetapkan dan diperingati sebagai "Hari Jadi Kabupaten Pati".

Geografi

Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah. Bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora) terdapat rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian barat laut (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa perbukitan. Sungai terbesar adalah Sungai Juwana, yang bermuara di daerah Juwana.
Ibukota Kabupaten Pati terletak tengah-tengah wilayah Kabupaten, berada di jalur pantura Semarang-Surabaya, sekitar 75 km sebelah timur Semarang. Jalur ini merupakan jalur ramai yang menunjukkan diri sebagai jalur transit. Kelemahan terbesar dari jalur ini adalah kecilnya jalan, hanya memuat dua jalur, sehingga untuk berpapasan cukup sulit.
Terdapat sungai besar yaitu Sungai Juwana. Saat musim penghujan sudah terbiasa sungai ini meluap, sehingga pemerintah Jawa Tengah membentuk lembaga yang berfungsi menanggulangi banjir yang bernama Jatrunseluna.

Pembagian administratif

Kabupaten Pati terdiri atas 21 kecamatan, yang dibagi lagi atas 400 desa dan 5 kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Pati.
Kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Juwana dan Tayu, keduanya merupakan kota pelabuhan yang berada di pesisir Laut Jawa, juga Kecamatan Winong.
Slogan: Pati Bumi Mina Tani.
Diharapkan Pati menjadi daerah sentra perikanan dan pertanian di IndonesiA.

Minggu, 13 Mei 2012

Fenomena Jin Menurut Pandangan Islam

"Dan kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." (QS Al-Hijr 15:27).
Dalam Islam, makhluk ciptaan Allah dapat dibedakan antara yang bernyawa dan tak bernyawa. Di antara yang bernyawa adalah jin. Kata jin menurut bahasa (Arab) berasal dari kata ijtinan, yang berarti istitar (tersembunyi).
Jadi jin menurut bahasa berarti sesuatu yang tersembunyi dan halus, sedangkan syetan ialah setiap yang durhaka dari golongan jin, manusia atau hewan.
Dinamakan jin, karena ia tersembunyi wujudnya dari pandangan mata manusia. Itulah sebabnya jin dalam wujud aslinya tidak dapat dilihat mata manusia. Kalau ada manusia yang dapat melihat jin, maka jin yang dilihatnya itu adalah jin yang sedang menjelma dalam wujud makhluk yang dapat dilihat mata manusia biasa.
"Sesungguhnya ia (jin) dan pengikut-pengikutnya melihat kalian (hai manusia) dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka." (QS Al-A'raf 7:27).
Tentang asal kejadian jin, Allah menjelaskan, kalau manusia pertama diciptakan dari tanah, maka jin diciptakan dari api yang sangat panas sesuai dengan ayat tersebut di atas.
Dalam ayat lain Allah mempertegas:
"Dan Kami telah menciptakan jin dari nyala api." (QS Ar-Rahman 55:15). Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid dan Adhdhahak berkata, bahwa yang dimaksud dengan firman Allah: Dari nyala api, ialah dari api murni.
Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas: Dari bara api. (Ditemukan dalam Tafsir Ibnu Katsir). Dalilnya dari hadits riwayat Aisyah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
"Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang disifatkan(diceritakan) kepada kalian." [yaitu dari air spermatozoa] (HR Muslim di dalam kitab Az-Zuhd dan Ahmad di dalam Al-Musnad).
Bagaimana wujud api itu, Al-Qur'an tak menjelaskan secara rinci, dan Allah pun tidak mewajibkan kepada kita untuk menelitinya secara detail.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Syetan memperlihatkan wujud (diri)nya ketika aku salat, namun atas pertolongan Allah, aku dapat mencekiknya hingga kurasakan dingin air liurnya di tanganku. Kalau bukan karena doa saudaraku Nabi Sulaiman, pasti kubunuh dia." (HR Bukhari).      

Keberadaan Jin

Yang bisa diketahui dalam hal ini adalah tanda-tanda keberadaan jin. Umpamanya, jin yang menampakkan diri pada seseorang di rumah atau ditempat-tempat tertentu. Atau anggota rumah/kantor yang sering kehilangan uang sementara menurut perkiraan sangat tidak mungkin ada orang yang mencuri. Atau orang sering kesurupan kalau memasuki tempat tersebut. Itu adalah bagian dari indikasi gangguan jin di tempat tersebut.
Jika sudah ada gangguan, maka Ruqyah Syar'iyyah adalah solusi islaminya. Ada pun jika tidak ada gangguan di rumah atau di tempat kita, maka pendeteksian keberadaan jin-jin jahat tak perlu dilakukan.
Demikian juga masalah deteksi jin pada diri seseorang. Tidak ada orang yang dapat melihat keberadaan jin secara pasti dalam tubuh seseorang. Kalau ada yang mengaku mampu mendeteksinya secara pasti, maka orang tersebut juga mempunyai jin yang tidak boleh dimintai bantuan.
Untuk memastikan keberadaan jin yang memasuki tubuh seseorang adalah juga dengan Ruqyah Syar'iyyah. Yaitu, terapi nabawi berupa membacakan ayat-ayat Al-Qur'an dan do'a-do'a yang ma'surat. Itulah satu-satunya cara islami yang diajarkan Islam untuk menangani segala kasus yang berhubungan dengan jin.
Indikasi orang yang dimasuki jin sebagai berikut:
  • Gejala waktu terjaga, di antaranya:
  1. Badan terasa lemah, loyo, dan tidak ada gairah hidup.
  2. Berat dan malas untuk beraktivitas, terutama untuk beribadah kepada Allah.
  3. Banyak mengkhayal dan melamun, senyum dan bicara sendiri.
  4. Tiba-tiba menangis atau tertawa tanpa sebab.
  5. Sering merasa ada getaran, hawa dingin, atau panas, kesemutan, berdebar, takut, panas dalam, mengantuk, pusing, bosan, malas, gagap, dan sesak napas saat membaca Al-Qur'an.
  • Gejala waktu tidur, di antaranya adalah:
  1. Banyak tidur dan mengantuk berat, atau sulit tidur tanpa sebab.
  2. Sering mengigau dengan kata-kata kotor.
  3. Melakukan gerakan-gerakan aneh, seperti mengunyah dengan keras sampai beradu gigi.
  4. Sering bermimpi buruk dan seram atau seakan-akan jatuh dari tempat yang tinggi.
  5. Bermimpi melihat binatang-binatang seperti ular, kucing, anjing, singa, serigala yang seakan-akan menyerangnya.
  6. Bermimpi ditemui jin yang mengaku arwah nenek moyang atau tokoh tertentu.
  7. Saat tidur merasa seperti ada yang mencekik lehernya atau menggelitikinya dan menendangnya.          

    Habitat para Jin

    Walaupun banyak perbedaan antara manusia dengan jin, namun persamannya juga ada. Di antaranya sama-sama mendiami bumi. Bahkan jin telah mendiami bumi sebelum adanya manusia dan kemudian tinggal bersama manusia itu di rumah manusia, tidur di ranjang dan makan bersama manusia.
    Tempat yang paling disenangi jin adalah WC. Oleh sebab itu hendaknya kita berdoa waktu masuk WC yang artinya: "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari (gangguan) setan (jin) laki-laki dan setan (jin) perempuan." (HR At-Turmudzi).
    Syetan suka berdiam di kubur dan di tempat sampah. Apa sebabnya, Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci. Kuburan dijadikan sebagai tempat bermeditasi oleh tukang sihir (Paranormal).
    Nabi Muhammad SAW melarang kita tidur menyerupai syetan. Syetan tidur di atas perutnya (tengkurap) dan bertelanjang. Manusia yang tidur dalam keadaan bertelanjang menarik perhatian syetan untuk mempermainkan auratnya dan menyebabkan timbulnya penyakit. Na'uzu billah min zaalik!                                                                                                                                            Jin juga beranak-pinak dan berkembang-biak (lihat surat Al-Kahfi, 18:50). Tentang apakah jin bisa meninggal atau tidak, ada pendapat bahwa jin hanya berkembang biak, tetapi tidak pernah meninggal. Benar atau tidak, wa Allahu a'lam. Namun menurut hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, di mana Nabi Muhammad SAW berdo'a: "Ya Allah, Engkau tidak mati, sedang jin dan manusia mati..." (HR Bukhari 7383 - Muslim 717).                                                                           

    Qarin                                                                                                                                Yang dimaksud dengan qarin dalam surat Qaaf 50:27 ialah yang menyertai. Setiap manusia disertai "Qarin bukan Jin". Allah berfirman, artinya:

    Yang menyertai dia (qarin) berkata pula: 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkan tetapi dialah (manusia) yang berada dalam kesesatan yang jauh... (QS Qaaf 50:27).
    Qarin itu bukan dari kalangan jin, kerana tidak diterangkan secara terpeinci didalam Al-Quran akannya, tetapi manusia sering menganggap Qarin itu dari kalangan jin kerana, terdapat segolongan jin yang telah menyamarkan diri mereka sebagai Qarin lalu menyesatkan umat manusia.
    Manusia dan qarinnya itu akan bersama-sama pada hari berhisab nanti. Dalam sebuah hadits (HR Ahmad) Aisyah ra mengatakan:
    Rasulullah SAW keluar dari rumah pada malam hari, aku cemburu karenanya. Tak lama ia kembali dan menyaksikan tingkahku, lalu ia berkata: "Apakah kamu telah didatangi syetanmu?" "Apakah syetan bersamaku?" Jawabku. "Ya, bahkan setiap manusia." Kata Nabi Muhammad SAW. "Termasuk engkau juga?" Tanyaku lagi. "Betul, tetapi Allah menolongku hingga aku selamat dari godaannya." Jawab Nabi (HR Ahmad).
    Berdasarkan hadits ini, Nabi Muhammad juga ternyata didampingi qarin. Hanya qarin itu tidak berkutik terhadapnya. Lalu bagaimana mendeteksi keberadaan jin (misalnya di rumah kita), apa tanda-tanda seseorang kemasukan jin? Tidak ada cara atau alat yang bisa mendeteksi keberadaan jin. Sebab jin dalam wujud aslinya merupakan makhluk ghaib yang tidak mungkin dilihat manusia
    Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. (Al-A'raf 7:27)
    Manusia yang biasa tidak mampu melihat jin, melainkan mereka yang telah diizinkan Allah.Didalam Al-Quran melarang sama sekali kita meminta pertolongan kepada Jin, ini membuktikan terdapat beberapa bilangan manusia yang mampu melihat dan berbicara dengan mereka. Ada juga sesetengah ahli agama yang tersilap bicara diatas nafsu mereka seperti mengatakan Jin memakan asap padahal perkara ini tidak disebut sama sekali didalam Al-Quran.
    Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin 72:6)
                                                                                                                                                                   Perbedaan jin, iblis dan setan                                                                                                                          Al Qurthubi didalam tafsirnya tentang surat al Jin menyebutkan bahwa para ahli ilmu telah berbeda pendapat tentang asal usul dari jin. Al Hasan al Bashri mengatakan bahwa jin adalah anak dari iblis sedangkan manusia adalah anak dari Adam. Diantara mereka ada yang beriman dan ada yang kafir, mereka semua sama dalam hal pahala dan siksa. Barangsiapa diantara mereka yang beriman maka dia adalah wali Allah dan barangsiapa dari mereka yang kafir maka ia adalah setan.
    Ibnu Abbas berkata,”Jin adalah anak dari jaan dan mereka bukanlah setan. Mereka (jin) juga mati, diantara mereka ada yang beriman dan ada yang kafir. Sedangkan setan adalah anak-anak iblis yang tidak mati kecuali bersama iblis.
    Didalam tafsir surat an Nas, Qatadah mengatakan bahwa dari kalangan jin terdapat setan-setan dan dari kalangan manusia juga terdapat setan-setan, pendapat ini menguatkan pendapat al Hasan al Bashri diatas, firman Allah swt :
    وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نِبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنسِ وَالْجِنِّ

    Artinya : “dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin.” (QS. Al An’am : 112)
    Didalam kitab “Hayah al Hayawan al Kubro” karya ad Damiriy tentang jin bahwa yang masyhur adalah bahwa jin merupakan keturunan dari iblis. Ada yang mengatakan bahwa jin adalah satu jenis dan iblis adalah satu dari mereka, tidak diragukan lagi bahwa jin adalah keturunannya seperti yang dimaksud dengan firman Allah swt :
    أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاء مِن دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ

    Artinya : “Patutkah kamu mengambil dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?” (QS. Al Kahfi : 50). Dan siapa yang kafir dari kalangan jin maka disebut dengan setan.
    Didalam kitab “Akaam al Marjaan fii Ahkaam al Jaan” karya seorang pakar hadits asy Syubliy disebutkan bahwa jin mencakup malaikat dan juga yang lainnya yang tersembunyi dari penglihatan, sebagaimana firman Allah swt :

    Artinya : “Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin.” (QS. Ash Shaffat : 158), karena orang-orang musyrik menganggap bahwa malaikat adalah anak-anak Allah.
    Dia mengatakan bahwa setan adalah jin yang berbuat maksiat dan mereka adalah anak-anak iblis.. al Jauhariy mengatakan bahwa setiap pembangkang dari kalangan jin, manusia dan binatang disebut dengan setan. Orang-orang Arab menamakan ular dengan setan. (fatawa al Azhar juz X hal 146)
    Adapun tentang penciptaan jin maka disebutkan didalam firman-Nya :
    Artinya : “dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. Al Hijr : 27)
    Juga didalam firman-Nya yang lain :
    وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِ

    Artinya : “Dan Dia menciptakan jin dari nyala api.” (QS. Ar Rahman : 15)
    Al Iroqi mengatakan dari Ibnu Abbas : مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ adalah dari nyala api, yang paling baik darinya.
    Ali bin Abi Thalhah mengatakan dari Ibnu Abbas مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ adalah dari api murni, demikian pula pendapat Ikrimah, Mujahid, adh Dhahak dan yang lainnya.
    Diriwayatkan Oleh Imam Muslim dan Ahmad dari Aisyah berkata,”Rasulullah saw bersabda,’Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian.”
    Wallahu A’lam

    Beberapa Informasi tentang  Jin dari Al-Quran & Hadits
    a.  Jin diciptakan dari api dan diciptakan sebelum manusia
    Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelumnya dari api yang sangat panas. (Al-Hijr: 26-27).
    خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُورٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ. رواه مسلم
    Malaikat telah diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari tanah (yang telah dijelaskan kepada kalian). (Muslim)
    Perbedaan asal penciptaan ini menyebabkan manusia tidak dapat berhubungan dengan jin, sebagaimana manusia tidak bisa berhubungan dengan malaikat kecuali jika jin atau malaikat menghendakinya. Apabila manusia meminta jin agar bersedia berhubungan dengannya, maka pasti jin tersebut akan mengajukan syarat-syarat tertentu yang berpotensi menyesatkan manusia dari jalan Allah swt.
    b.  Jin adalah makhluk yang berkembang biak dan berketurunan
    Dan (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zhalim. (Al-Kahfi: 50).
    Al-Quran juga menyebutkan bahwa di antara bangsa jin ada kaum laki-laki nya (rijal) sehingga para ulama menyimpulkan berarti ada kaum perempuannya (karena tidak dapat dikatakan laki-laki kalau tidak ada perempuan). Dengan demikian berarti mereka berkembang biak.
    Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6).
    c. Jin dapat melihat manusia sedangkan manusia tidak dapat melihat jin
    Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al-A’raf: 27).
    Hal ini membuat kita tidak dapat berhubungan dengan mereka secara wajar sebagaimana hubungan sesama manusia. Kalau pun terjadi hubungan, maka kita berada pada posisi yang lemah, karena kita tidak dapat melihat mereka dan mereka bisa melihat kita.
    d. Bahwa di antara bangsa jin ada yang beriman dan ada pula yang kafir, karena mereka diberikan iradah (kehendak) dan hak memilih seperti manusia.
    Dan sesungguhnya di antara kami ada jin yang taat dan ada (pula) jin yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus. Adapun jin yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahanam. (Al-Jin (72): 14-15).
    Meskipun ada yang muslim, tapi karena jin makhluk ghaib, maka tidak mungkin muncul ketenteraman hati dan kepercayaan penuh bagi kita terhadap keislaman mereka, apakah benar jin yang mengaku muslim jujur dengan pengakuannya atau dusta?! Kalau benar, apakah mereka muslim yang baik atau bukan?! Bahkan kita harus waspada dengan tipu daya mereka.
    Berhubungan dengan jin adalah salah satu pintu kerusakan dan berpotensi mendatangkan bahaya besar bagi pelakunya. Potensi bahaya ini dapat kita pahami dari hadits Qudsi di mana Rasulullah saw menyampaikan pesan Allah swt:
    وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ، وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ، وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ، وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا. رواه مسلم
    Dan sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku semua dalam keadaan hanif (lurus), dan sungguh mereka lalu didatangi oleh setan-setan yang menjauhkan mereka dari agama mereka, mengharamkan apa yang telah Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku dengan hal-hal yang tidak pernah Aku wahyukan kepada mereka sedikit pun. (Muslim)
    Dalil lain tentang larangan berhubungan dengan jin adalah:
    Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (Al-Jin: 6).
    Imam At-Thabari dalam tafsirnya menyebutkan: “Ada penduduk kampung dari bangsa Arab yang menuruni lembah dan menambah dosa mereka dengan meminta perlindungan kepada jin penghuni lembah tersebut, lalu jin itu bertambah berani mengganggu mereka.
    Tujuan seorang muslim melakukan hubungan sosial adalah dalam rangka beribadah kepada Allah swt dan berusaha meningkatkannya atau untuk menghindarkan dirinya dari segala hal yang dapat merusak ibadahnya kepada Allah. Melakukan hubungan dengan jin berpotensi merusak penghambaan kita kepada Allah yaitu terjatuh kepada perbuatan syirik seperti yang dijelaskan oleh ayat tersebut. Ketidakmampuan kita melihat mereka dan kemampuan mereka melihat kita berpotensi menjadikan kita berada pada posisi yang lebih lemah, sehingga jin yang kafir atau pendosa sangat mungkin memperdaya kita agar bermaksiat kepada Allah swt.
    Bagaimana berhubungan dengan jin yang mengaku muslim? Kita tetap tidak dapat memastikan kebenaran pengakuannya karena kita tidak dapat melihat apalagi menyelidiki nya. Bila jin tersebut muslim sekalipun, bukan menjadi jaminan bahwa ia adalah jin muslim yang baik dan taat kepada Allah.
    Di samping itu, tidak ada manusia yang dapat menundukkan jin sepenuhnya (taat sepenuhnya tanpa syarat) selain Nabi Sulaiman as dengan doanya:
    Sulaiman berkata: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang juapun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah yang Maha Pemberi”. (Shad (38): 35).
    Maka berhubungan dengan jin tidak mungkin dilakukan kecuali apabila jin itu menghendakinya, dan sering kali ia baru bersedia apabila manusia memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat ini dapat dipastikan secara bertahap akan menggiring manusia jatuh kepada kemaksiatan, bahkan mungkin kemusyrikan dan kekufuran yang mengeluarkannya dari ajaran Islam. Na’udzu billah.
    Wallahu a’lam.
    Referensi:
    1.    Silsilah Aqidah oleh Umar Sulaiman Al Asyqar
    2.    Al ‘Aqaid Al-Islamiyah oleh Abdurrahman Hasan Habannakah
    3.    Tafsir At-Thabari.